Darurat Peran Ayah dalam Membentuk Karakter Anak

Sabtu, 10 Mei 2025 09:07 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Ayah dan Anak
Iklan

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji mengatakan mayoritas anak-anak Indonesia kehilangan figur ayah

***

Dalam era modern ini banyak sekali yang terdampak kemajuan zaman. Terlebih jika mental seseorang memang siap menghadapi persoalan sekarang. Karena era saat ini lebih berat dibanding dengan 20 tahun silam.

Saat ini pengaruh zaman menentukan mental seseorang. Ditambah lagi kurangnya peran orang tua dalam mendampingi keseharian anak, ini sangat berdampak, karena tidak ada sosok yang harus dia ikuti dan taati. Hal tersebut terbukti dari informasi yang di sampaikan oleh Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji yang mengatakan mayoritas anak-anak Indonesia kehilangan figur ayah dalam keluarga. Sekitar 20 persen anak-anak Indonesia tumbuh tanpa peran aktif ayah.

"Ayah hanya hadir ketika bayar SPP, bayar uang saku, uang kos, di luar itu tidak ada," kata Wihaji saat acara detikSore, di Jakarta Pusat, Senin (5/5/2025).

Menurut Wihaji, kondisi ini sangat tidak ideal untuk tumbuh kembang anak. Pasalnya, akan ada dampak-dampak negatif yang nantinya dimiliki anak jika mendapatkan kasih sayang kurang lengkap dari orang tua.

"Satu dampaknya tentang karakter, kalau nggak hati-hati bisa menjadi strawberry generation. Kedua berpengaruh pada leadership," kata Wihaji.

Mantan Bupati Batang tersebut menambahkan, anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang lengkap dari orang tua, cenderung menghabiskan waktunya untuk bermain gadget dan menyelami media sosial. Padahal, informasi-informasi yang ada di media sosial tersebut, tidak semua baik untuk mereka.

"Hari ini banyak anak-anak handphone generation, medsos generation, algoritma pikirannya lebih banyak dipengaruhi oleh handphone. Maka anak-anak sekarang lebih percaya sama apa yang ada di handphone daripada yang disampaikan orang tuanya," kata dia menegaskan.

Wihaji mendorong para orang tua, khususnya ayah untuk menyempatkan waktu, hadir ke dalam kehidupan sang anak.

"Zaman dulu dan sekarang berbeda, sehingga treatment-nya tidak sama. Minimal kalau makan bareng, jangan pegang handphone. Kalau pagi usahakan (ngobrol), kalau malam usahakan juga," kata Wihaji.

"Walaupun setengah jam, satu jam saja. Kalau (ayah) hanya mencari ekonomi saja, sudahlah, selamanya akan (terasa) kurang terus. Tapi masa depan anak itu penting, kan secara otomatis setiap orang tua tidak ingin anak-anaknya mengalami sesuatu (yang buruk)," tuturnya.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Nuhria Arsal

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler